Harga minyak dunia mengalami penurunan sebesar 2% pada perdagangan Jumat, 20 Juni 2025. Penurunan ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda rencana untuk membantu Israel dalam menghancurkan program nuklir Iran, anggota OPEC. Keputusan Trump ini menimbulkan spekulasi dan mempengaruhi pasar energi global.
Harga minyak Brent turun USD 1,84 atau 2,33%, ditutup pada USD 77,01 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah AS susut USD 1,30 atau 1,73%, menutup perdagangan pada angka USD 73,84 per barel. Perubahan ini mencerminkan ketidakpastian geopolitik yang sedang terjadi di Timur Tengah.
Penundaan Serangan dan Negosiasi Potensial
Pada Kamis, 19 Juni 2025, Presiden Trump menyatakan bahwa keputusan mengenai serangan terhadap Iran akan diambil dalam dua minggu ke depan. Namun, ia juga membuka peluang untuk negosiasi potensial terkait program nuklir Iran.
Pernyataan Trump, yang disampaikan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt, menunjukkan adanya pertimbangan yang matang sebelum mengambil tindakan militer. Hal ini memberikan ruang bagi diplomasi dan mengurangi kekhawatiran akan eskalasi konflik.
Eskalasi Serangan Israel terhadap Iran
Meskipun Trump menahan diri, Israel meningkatkan serangannya terhadap Iran setelah delapan hari konflik. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menginstruksikan militer Israel untuk memperkuat serangan terhadap target-target strategis dan pemerintah Iran.
Serangan balasan Iran yang menghantam sebuah rumah sakit besar di Israel Selatan memicu keputusan Netanyahu tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan intensifikasi serangan ini sebagai upaya untuk melemahkan rezim Iran.
Pergerakan Harga Minyak Sebelumnya dan Perkiraan JPMorgan
Sebelum penurunan pada Jumat, harga minyak sempat mengalami kenaikan sekitar 3% pada hari Kamis. Kenaikan ini didorong oleh intensifikasi serangan Israel terhadap Iran dan spekulasi mengenai keterlibatan AS dalam konflik.
Harga minyak Brent naik USD 2,15 atau 2,8%, ditutup pada USD 78,85 per barel. Harga minyak mentah AS juga meningkat 3,2%, mencapai level tertinggi sesi USD 77,58 per barel. JPMorgan memperingatkan bahwa perubahan rezim di negara penghasil minyak utama seperti Iran dapat berdampak besar terhadap harga minyak global.
Dampak Perubahan Rezim terhadap Pasokan Minyak
JPMorgan menekankan bahwa ketidakstabilan lebih lanjut di Iran berpotensi menyebabkan harga minyak naik secara signifikan dalam jangka panjang. Hilangnya pasokan akibat perubahan rezim akan menjadi tantangan yang sulit untuk dipulihkan dengan cepat.
Hal ini akan semakin mendukung kenaikan harga minyak, mengingat Iran sebagai salah satu produsen utama OPEC. Ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah selalu menjadi faktor kunci yang mempengaruhi fluktuasi harga minyak dunia.
Campur Tangan AS dan Pernyataan Trump
Presiden Trump masih mempertimbangkan kemungkinan untuk memerintahkan serangan AS terhadap program nuklir Iran. Ia sendiri menyatakan ketidakpastian mengenai keputusannya.
Gedung Putih mengumumkan pada Kamis bahwa Presiden Trump akan memutuskan dalam dua minggu ke depan apakah akan menyerang Iran atau tidak. Keputusan ini akan memiliki implikasi yang signifikan terhadap stabilitas regional dan pasar energi global.
Kesimpulannya, pergerakan harga minyak dalam beberapa hari terakhir mencerminkan dinamika geopolitik yang kompleks di Timur Tengah. Keputusan Trump untuk menunda serangan terhadap Iran, diiringi dengan eskalasi serangan Israel, telah menciptakan ketidakpastian yang berdampak langsung pada harga minyak. Peran AS dan reaksi pasar terhadap perkembangan situasi ini akan terus menjadi fokus utama dalam memantau pergerakan harga minyak di masa mendatang. Analisis dari lembaga keuangan seperti JPMorgan memberikan perspektif yang berharga mengenai potensi dampak jangka panjang dari ketidakstabilan di kawasan tersebut terhadap pasokan energi global.