Serangan militer Israel di Gaza telah mengakibatkan tragedi yang mengerikan. Tiga orang yang berlindung di Gereja Keluarga Kudus tewas akibat serangan tersebut. Kejadian ini telah menimbulkan kesedihan mendalam di kalangan pemimpin Gereja Katolik, termasuk Paus Leo XIV.
Paus Leo XIV menyampaikan belasungkawa yang mendalam melalui telegram dari Sekretaris Negara Vatikan. Ia menyerukan gencatan senjata segera dan mendorong dialog untuk perdamaian abadi di Gaza. Gereja Keluarga Kudus sendiri menjadi tempat perlindungan bagi ratusan warga sipil yang kehilangan tempat tinggal akibat konflik yang dimulai sejak 7 Oktober 2023.
Serangan Mematikan di Gereja Keluarga Kudus
Patriarkat Latin Yerusalem mengkonfirmasi bahwa Gereja Keluarga Kudus terkena tembakan langsung dari tank militer Israel (IDF). Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem, menyatakan bahwa IDF menyebut kejadian ini sebagai kesalahan, namun pihak gereja masih belum yakin dengan penjelasan tersebut.
Badan amal Caritas Yerusalem juga membenarkan serangan tersebut. Proyektil menghantam atap gereja, menyebarkan pecahan peluru ke halaman kompleks. Dua lansia di tenda dukungan psikososial Caritas mengalami luka serius dan terlambat dievakuasi selama 15 menit.
Tiga anak muda yang berada di pintu masuk gereja juga terluka parah dan harus dibawa ke rumah sakit menggunakan kendaraan pribadi. Laporan selanjutnya dari Patriarkat Latin menyatakan tiga orang meninggal dunia akibat luka-luka yang diderita, sembilan lainnya terluka—satu dalam kondisi kritis, dua dalam kondisi serius.
Identitas Korban dan Kecaman Keras
Korban tewas diidentifikasi sebagai Saad Issa Kostandi Salameh (60 tahun), penjaga gereja Foumia Issa Latif Ayyad (84 tahun), dan Najwa Abu Daoud. Patriarkat Latin Yerusalem mengecam keras insiden ini sebagai penargetan warga sipil tak bersalah dan tempat suci.
Meskipun demikian, Patriarkat juga mengakui bahwa tragedi ini, meskipun mengerikan, bukanlah yang paling parah di tengah deretan peristiwa lainnya yang menimpa warga Gaza. Peristiwa ini menambah daftar panjang penderitaan yang dialami warga sipil Gaza di tengah konflik yang berkelanjutan.
Tanggapan Internasional dan Penyelidikan
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan penyesalan mendalam atas insiden tersebut. Ia menyatakan bahwa setiap nyawa yang hilang merupakan tragedi dan Israel turut berduka cita bersama keluarga dan umat beriman.
Militer Israel menyatakan dalam penyelidikan awal, insiden itu disebabkan oleh pecahan peluru dari tembakan saat operasi di sekitar gereja. Penyebab pasti insiden masih dalam proses peninjauan.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menghubungi Netanyahu untuk membahas insiden ini. Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa Perdana Menteri menyampaikan kepada Presiden bahwa serangan ke gereja Katolik tersebut adalah kesalahan.
Kecaman juga datang dari berbagai pihak internasional, termasuk Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni yang menyebut serangan terhadap warga sipil oleh Israel selama berbulan-bulan sebagai hal yang tidak dapat diterima. Patriarkat Ortodoks Yunani di Yerusalem juga mengecam keras serangan tersebut sebagai pelanggaran terhadap martabat manusia dan kesucian tempat ibadah.
Situasi di Gereja Saat Serangan Terjadi
Rekaman video dari BBC menunjukkan kerusakan parah pada atap gereja dan jendela-jendela yang pecah. Pastor Gabriele Romanelli, imam paroki asal Argentina yang terluka ringan, terlihat memeriksa kondisi salah satu korban di RS Al-Ahli.
Seorang staf Caritas menyatakan bahwa Pastor Romanelli telah memperingatkan semua orang untuk tetap di dalam ruangan karena keberadaan tank Israel dan serangan udara di sekitar kompleks. Staf tersebut meyakini bahwa tindakan Pastor Romanelli telah menyelamatkan banyak nyawa.
Insiden tragis di Gereja Keluarga Kudus menambah penderitaan bagi komunitas Kristen di Gaza. Paus Leo XIV kembali menyerukan agar perang dihentikan dan setiap nyawa dihargai serta tempat ibadah dilindungi. Peristiwa ini sekali lagi menyoroti dampak mengerikan dari konflik yang berkepanjangan di Gaza terhadap warga sipil.