Pemecatan Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena dari Malut United beberapa hari terakhir menjadi sorotan. Keduanya dipecat karena dianggap melakukan pelanggaran berat berupa penerimaan uang dari para pemain yang mereka latih.
Besaran uang yang diterima pun beragam, mulai dari puluhan hingga ratusan juta rupiah per pemain. Asisten Manajer Malut United, Asghar Saleh, membuka fakta mengejutkan terkait kasus ini.
Skandal Suap di Malut United: Mayoritas Pemain Terlibat
Asghar Saleh mengungkapkan bahwa praktik penerimaan uang ini telah terjadi sejak Malut United berkompetisi di Liga 2. Tidak hanya sebagian kecil pemain, mayoritas pemain terlibat dalam memberikan uang tersebut kepada Imran dan Yeyen.
Ia menjelaskan, “Waktu di Liga 2 itu mayoritas pemain, di Liga 1 ada sebagian yang begitu,” ungkap Asghar kepada Bola.com, Rabu (18/6/2025).
Pihak manajemen mengetahui indikasi ini sejak masih berkompetisi di Liga 2. Namun, manajemen memberikan kesempatan kepada keduanya untuk berubah.
Kesempatan Kedua yang Disia-siakan
Manajemen Malut United, termasuk pemilik klub, sebenarnya sudah mengetahui adanya indikasi suap ini sejak masa Liga 2. Mereka berharap Imran dan Yeyen bisa berubah dan berkomitmen pada profesionalisme.
Asghar Saleh menjelaskan, “Kami sudah tahu, terutama owner ya, owner itu sudah tahu bahwa ada indikasi seperti itu. Cuma kami berharap mereka berubah… diberi kesempatan untuk bergabung di sini, kita mulai mengelola klub secara profesional, fondasi utamanya itu kan kejujuran, kejujuran baru kita bicara integritas,”
Namun harapan tersebut pupus. Keduanya gagal memperbaiki diri dan akhirnya dipecat.
Menatap Masa Depan Tanpa Imran dan Yeyen
Pihak Malut United menegaskan tidak akan berlarut-larut dalam permasalahan ini. Mereka telah melakukan evaluasi dan mengambil keputusan tegas untuk memecat Imran dan Yeyen.
Asghar Saleh menyatakan, “Yang terjadi sudah terjadi, kami evaluasi dan kami sudah ambil keputusan.”
Upaya Bola.com untuk menghubungi Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena untuk meminta klarifikasi sejauh ini belum membuahkan hasil. Keduanya tidak merespon pesan maupun telepon.
Kasus ini menjadi catatan penting bagi dunia sepak bola Indonesia untuk terus meningkatkan transparansi dan profesionalisme di semua level.
Ketegasan Malut United dalam menindak pelanggaran ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi klub lain untuk menciptakan lingkungan sepak bola yang bersih dan berintegritas. Semoga kasus ini menjadi momentum untuk perbaikan tata kelola sepak bola Indonesia di masa depan.