Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat tajam menyusul serangan udara besar-besaran Israel ke sejumlah target di Iran pada Senin dini hari (23/6/2025). Serangan ini menandai babak baru dalam konflik yang telah berlangsung selama 11 hari, dan semakin memperkeruh situasi geopolitik yang sudah rawan.
Serangan yang dilakukan Israel ini disebut-sebut sebagai respons atas serangan-serangan sebelumnya dari Iran. Skala serangan kali ini cukup signifikan dan menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih luas.
Serangan Udara Israel: Sasaran dan Klaim Tel Aviv
Militer Israel mengklaim telah mengerahkan lebih dari 15 jet tempur dalam serangan udara ke wilayah Kermanshah, Iran barat. Sasaran utama serangan tersebut adalah sejumlah lokasi peluncuran dan penyimpanan rudal permukaan-ke-permukaan yang ditujukan ke wilayah Israel.
Tidak hanya itu, militer Israel juga menyatakan telah menyerang setidaknya enam bandara di berbagai wilayah Iran. Mereka mengklaim berhasil menghancurkan 15 jet tempur dan helikopter milik Iran.
Juru bicara militer Israel merinci bahwa serangan tersebut menghantam lapangan udara di wilayah barat, timur, dan tengah Iran. Kerusakan yang diklaim meliputi landasan pacu, apartemen bawah tanah, pesawat pengisian bahan bakar, dan sejumlah pesawat tempur Iran seperti F-14, F-5, dan AH-1.
Israel bahkan mengklaim menggunakan “pesawat yang dipiloti dari jarak jauh” untuk menembak jatuh jet-jet tempur Iran. Tujuannya, menurut mereka, adalah untuk mengganggu kemampuan lepas landas dan operasi udara militer Iran.
Respons Iran yang Dinantikan
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Iran menanggapi klaim serangan udara Israel tersebut. Keheningan Teheran memicu spekulasi beragam mengenai respons yang akan mereka ambil.
Ketidakpastian ini justru meningkatkan kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik. Jika Iran memilih untuk membalas, maka dampaknya terhadap stabilitas regional akan sangat besar.
Konflik Memanas: Eskalasi dan Dampak Regional
Perang udara antara Israel dan Iran telah berlangsung sejak 13 Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran. Israel berdalih serangan tersebut bertujuan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Konflik ini semakin memanaskan suasana Timur Tengah, terutama setelah Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Israel, juga turut menyerang beberapa fasilitas nuklir Iran. Teheran mengecam tindakan AS sebagai pelanggaran hukum internasional.
Menanggapi serangan AS, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan Teheran mempertimbangkan berbagai respons, termasuk kemungkinan pembalasan. Ia bahkan menegaskan bahwa Iran tidak akan kembali ke meja diplomasi sebelum melakukan pembalasan atas serangan yang dianggapnya sebagai tindakan agresi.
Pernyataan Araghchi menegaskan betapa tegangnya situasi saat ini. Sikap keras Iran menunjukkan betapa seriusnya mereka memandang serangan-serangan yang telah mereka terima.
Ketegangan yang semakin meningkat ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran global akan potensi meluasnya konflik dan dampaknya terhadap keamanan internasional. Dunia internasional berharap semua pihak dapat menahan diri dan mencari solusi damai untuk menghindari eskalasi yang lebih berbahaya.
Ke depan, perkembangan situasi di Timur Tengah akan terus dipantau dengan ketat. Respons Iran terhadap serangan terbaru Israel menjadi kunci untuk menentukan arah konflik selanjutnya. Semoga upaya diplomasi dapat segera dilakukan untuk meredakan ketegangan dan mencegah terjadinya pertumpahan darah yang lebih besar.