Ketegangan di Timur Tengah meningkat tajam menyusul aksi saling serang antara Israel dan Iran. Situasi ini telah memicu pengerahan militer Amerika Serikat yang signifikan di kawasan tersebut, menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan intervensi langsung AS dalam konflik.
Presiden Donald Trump bahkan mengeluarkan peringatan mengejutkan melalui media sosial, menyerukan evakuasi Teheran, ibu kota Iran. Pernyataan ini, yang disampaikan pada Selasa, 17 Juni 2025, menambah kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih besar.
Penegasan Gedung Putih: AS Tetap Berposisi Defensif
Terlepas dari peningkatan aktivitas militer AS di Timur Tengah, Gedung Putih dan Pentagon secara konsisten menekankan bahwa pasukan AS tetap dalam posisi defensif.
Juru bicara Gedung Putih, Alex Pfeiffer, membantah klaim yang beredar di media sosial tentang rencana serangan AS terhadap Iran. Ia menegaskan bahwa posisi defensif pasukan Amerika tidak berubah.
Hal serupa juga ditegaskan oleh Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, dalam wawancara dengan Fox News. Hegseth menekankan komitmen AS untuk menjaga posisi defensif dan berupaya mencapai solusi damai.
Pengerahan Militer AS: Antisipasi Eskalasi Konflik
Meskipun menekankan posisi defensif, AS telah meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah. Menteri Pertahanan Hegseth mengumumkan pengerahan tambahan kemampuan militer selama akhir pekan.
Pengerahan ini, menurut Hegseth, bertujuan untuk memperkuat postur pertahanan AS dan melindungi personel Amerika di kawasan tersebut. Langkah ini dilakukan sebagai antisipasi terhadap potensi eskalasi konflik.
Keberangkatan USS Nimitz, salah satu kapal induk AS, dari perairan Asia Tenggara menuju Timur Tengah, turut memperkuat indikasi peningkatan kehadiran militer AS. Laporan mengenai puluhan pesawat militer AS yang melintasi Atlantik juga menambah bukti hal tersebut.
Seorang pejabat pertahanan AS yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan bahwa perintah pengerahan Kelompok Serangan Kapal Induk Nimitz bertujuan untuk mempertahankan postur pertahanan dan melindungi personel Amerika.
Keputusan Trump Tinggalkan KTT G7: Fokus pada Timur Tengah
Presiden Trump memutuskan untuk meninggalkan KTT G7 di Kanada lebih awal dan kembali ke Gedung Putih. Keputusan ini dikaitkan dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Kepulangan Trump yang mendadak ini semakin memperkuat spekulasi mengenai keterlibatan AS yang lebih aktif dalam konflik. Namun, pihak Gedung Putih tetap bersikeras pada posisi defensif AS.
Situasi di Timur Tengah tetap tegang dan penuh ketidakpastian. Meskipun AS menegaskan posisinya yang defensif, peningkatan pengerahan militer dan pernyataan-pernyataan kontroversial dari Presiden Trump menunjukkan betapa seriusnya situasi ini. Perkembangan selanjutnya akan terus dipantau dengan seksama.