Aryna Sabalenka telah menciptakan sejarah baru di dunia tenis putri. Ia berhasil mengakhiri dominasi Iga Swiatek di Roland Garros, mengalahkan juara bertahan tersebut dalam pertandingan semifinal yang menegangkan. Kemenangan ini mengantarkan Sabalenka ke final Grand Slam pertamanya di lapangan tanah liat, sebuah pencapaian luar biasa bagi petenis berbakat asal Belarus ini.
Dominasi Sabalenka di Lapangan Tanah Liat
Kemenangan atas Swiatek bukanlah hal mudah. Sabalenka membutuhkan waktu dua jam 19 menit untuk memutus rekor 26 kemenangan beruntun Swiatek di Roland Garros. Ia menunjukkan mentalitas juara dan strategi permainan yang efektif untuk mengatasi perlawanan sengit dari petenis Polandia tersebut.
Sabalenka, yang telah memenangkan tiga gelar Grand Slam dan menjadi runner-up dua kali, kini membuktikan dirinya sebagai salah satu petenis terkuat di dunia. Kemenangan ini merupakan bukti nyata peningkatan konsistensinya dan penguasaan berbagai permukaan lapangan.
Rekor Beruntun Swiatek Terhenti
Iga Swiatek, yang telah meraih gelar Roland Garros pada 2020 dan tiga gelar berturut-turut dari 2022 hingga 2023, mengalami kekalahan yang mengejutkan. Rekor menang-kalahnya di Roland Garros kini menjadi 40-3, sebuah catatan yang tetap impresif namun tercoreng oleh kekalahan ini.
Meskipun Swiatek memasuki pertandingan dengan keunggulan head-to-head 5-1 atas Sabalenka di lapangan tanah liat, tahun ini menjadi berbeda. Untuk pertama kalinya sejak 2020, Swiatek memasuki Roland Garros tanpa gelar juara di lapangan tanah liat sebelumnya. Hal ini mungkin sedikit mempengaruhi performa puncaknya.
Jalan Menuju Final dan Harapan Masa Depan
Kemenangan Sabalenka atas Swiatek adalah kemenangan ke-40 nya di babak utama musim ini. Ia juga telah memenangkan lima pertandingan semifinal Grand Slam terakhirnya, menunjukkan konsistensi dan mentalitas pemenang yang luar biasa.
Sabalenka memasuki turnamen French Open setelah meraih tiga gelar, termasuk gelar Madrid ketiga di lapangan tanah liat, dan mencapai tiga final lainnya tahun ini. Ia menyatakan rasa bahagianya yang luar biasa atas pencapaian ini, mengingat anggapan selama ini bahwa lapangan tanah liat bukanlah permukaan yang menguntungkan baginya.
Kini, Sabalenka telah mencapai enam final Grand Slam selama tahun 2020-an, satu lebih banyak dari Swiatek. Ia juga menjadi petenis putri pertama yang mencapai final tunggal dalam tiga ajang Grand Slam berturut-turut (US Open 2024, Australian Open 2025, dan French Open) sejak Serena Williams pada 2016. Prestasi ini semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu petenis terhebat di era modern. Jalan menuju puncak masih panjang, namun semangat dan konsistensi Sabalenka akan menjadi kunci keberhasilannya. Kemenangannya di semifinal French Open ini menandai babak baru dalam perjalanan kariernya yang gemilang.