Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel, yang dikenal sebagai Kubah Besi, baru-baru ini menjadi sorotan setelah sejumlah rudal Iran berhasil menembus pertahanannya. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang efektivitas sistem yang selama ini dianggap sebagai perisai utama Israel terhadap serangan udara. Kerusakan signifikan terjadi di beberapa wilayah Israel, dan laporan hingga 19 Juni mencatat setidaknya 24 warga Israel tewas akibat serangan tersebut.
Meskipun demikian, Iron Dome tetap menjadi komponen vital dalam persenjataan pertahanan Israel. Sistem ini telah beroperasi sejak 2011, melindungi warga sipil dari serangan roket dan udara. Berikut beberapa fakta penting mengenai Iron Dome:
1. Mekanisme Operasi Iron Dome
Iron Dome menggunakan radar canggih untuk mendeteksi dan melacak proyektil yang masuk. Sistem kemudian menganalisis apakah proyektil tersebut akan mengenai area penting, seperti pusat kota atau instalasi strategis.
Jika proyektil dinilai mengancam, sistem secara otomatis meluncurkan rudal pencegat Tamir untuk menghancurkan proyektil di udara. Namun, Iron Dome tidak merespons proyektil yang diperkirakan akan jatuh di area tidak berpenduduk atau tidak menimbulkan ancaman.
2. Sejarah dan Efektivitas Iron Dome
Iron Dome pertama kali dikerahkan pada tahun 2011. Sejak itu, sistem ini terus mengalami peningkatan dan pembaruan teknologi untuk meningkatkan kinerjanya.
Kementerian Pertahanan Israel mengklaim Iron Dome telah berhasil mencegah ribuan serangan udara yang berpotensi mematikan terhadap permukiman. Namun, kejadian terbaru menunjukkan adanya kelemahan dalam sistem ini, terutama menghadapi serangan besar-besaran dan teknologi canggih.
3. Kolaborasi AS dan Biaya Produksi
Iron Dome merupakan hasil kolaborasi antara Israel dan Amerika Serikat. Meskipun dioperasikan oleh perusahaan Israel, Rafael Advanced Defense Systems, pengembangan dan pendanaan awal berasal dari pemerintah AS.
Biaya produksi satu unit Iron Dome diperkirakan lebih dari US$ 100 juta (sekitar Rp 1,6 triliun). Israel diperkirakan memiliki sekitar 10 unit aktif, masing-masing dengan 3-4 peluncur yang mampu membawa hingga 20 rudal pencegat Tamir. Biaya operasional yang tinggi ini menjadi pertimbangan penting dalam evaluasi efektivitas sistem.
4. Keterbatasan Iron Dome dalam Menghadapi Serangan Modern
Efektivitas Iron Dome dipertanyakan seiring meningkatnya serangan dari berbagai pihak. Konflik antara Israel dan Palestina yang kembali memanas telah menyebabkan serangan udara dari Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.
Serangan besar-besaran dari Iran, yang mengklaim keberhasilan hingga 90%, menunjukkan kelemahan sistem ini dalam menghadapi volume serangan tinggi dan teknologi canggih seperti drone dan rudal jelajah. Beberapa rudal bahkan mendekati markas IDF dan Kementerian Pertahanan.
5. Tantangan Masa Depan dan Kebutuhan Pengembangan
Sistem pertahanan Iron Dome menghadapi tantangan yang signifikan di era konflik modern. Jumlah rudal yang diluncurkan secara simultan, bersamaan dengan peningkatan penggunaan drone dan rudal jelajah, memberikan beban berat pada sistem.
Untuk mempertahankan efektivitasnya, Iron Dome memerlukan pengembangan dan peningkatan terus-menerus agar mampu menghadapi ancaman yang semakin canggih dan kompleks. Investasi dalam teknologi baru dan strategi pertahanan yang lebih komprehensif menjadi sangat penting.
Peristiwa terbaru ini menyoroti perlunya evaluasi mendalam terhadap kemampuan Iron Dome dan pengembangan strategi pertahanan yang lebih komprehensif untuk melindungi Israel dari ancaman yang semakin berkembang. Kemampuan untuk mengatasi serangan masif dan teknologi canggih menjadi kunci keberhasilan pertahanan Israel di masa depan.