Di tengah keheningan dini hari, saat matahari masih tertidur di belahan bumi lain, Mas Nul, seorang masinis KRL Jabodetabek, memulai harinya dengan ritual sederhana namun sarat makna. Ia menyeka wajah yang masih basah usai berwudu, lalu menyapa orang-orang tersayang lewat pesan singkat.
Sepuluh tahun mengarungi lintasan kereta api Jabodetabek, dari masa lajang hingga kini telah berkeluarga dan memiliki anak, ritual pamit ini tak pernah ia tinggalkan. Doa restu dari orang tua, istri, dan anaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya.
Sebuah Doa dan Nomor Kereta Sebagai Penuntun
Bagi Mas Nul, melaporkan keberangkatan kepada keluarganya bukan sekadar kebiasaan. Ini adalah bentuk permohonan restu dan berbagi informasi penting.
Ia selalu memberitahu istrinya nomor kereta yang akan ia operasikan. Sebagai contoh, jika hari itu ia bertanggung jawab atas rute Depok Lama-Bogor-Jakarta Kota-Bogor-Depok Lama, maka nomor kereta tersebut menjadi penanda keberadaannya bagi sang istri.
Informasi ini bukan hanya sekadar agar istrinya tahu keberadaannya, tetapi juga sebagai penanda jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Kewaspadaan Tinggi di Lintasan Tersibuk Jabodetabek
Mas Nul bekerja di lintasan KRL tersibuk di Jabodetabek. Ia sering menginap di mes masinis di Depo KRL Depok agar lebih dekat dengan tempat kerjanya.
Bangun pukul 03.30 WIB, rutinitasnya dimulai dengan pemeriksaan kesehatan dan pengecekan menyeluruh terhadap kondisi kereta. Tidak ada detail yang terlewatkan.
Dari mesin, suspensi, roda, hingga cakram rem, semua diperiksa dengan teliti. Kabin masinis pun tak luput dari pengecekan untuk memastikan semua sistem berfungsi dengan baik.
Kewaspadaan tinggi sangat penting mengingat padatnya lalu lintas kereta dan potensi gangguan operasional.
Tanggung Jawab Besar, Kebanggaan Tak Terkira
KRL merupakan moda transportasi massal yang sangat diminati masyarakat. Pada tahun 2024, tercatat total volume pengguna KRL mencapai 374 juta orang, dengan 328 juta di antaranya merupakan pengguna KRL Jabodetabek.
Data dari Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Asdo Artriviyanto, menunjukkan jam sibuk pagi antara pukul 05.30 WIB hingga 08.30 WIB, dan jam sibuk sore antara pukul 15.30 WIB hingga 19.00 WIB.
Angka-angka ini menggambarkan betapa tingginya mobilitas masyarakat dan tuntutan akan kelancaran operasional transportasi. Bagi Mas Nul, menjalankan tugas sebagai masinis KRL tanpa kendala adalah sebuah kebanggaan.
Menjalankan tugasnya dengan amanah, membawa ratusan penumpang dengan selamat sampai tujuan, menjadi sumber inspirasi bagi Mas Nul. Ini tanggung jawab yang luar biasa, tetapi juga merupakan sumber kepuasan tersendiri.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Mas Nul membawa kembali kereta ke Depo KRL Depok. Rutinitas ini berulang setiap hari. Namun, ia mengaku tidak pernah bosan.
Ia menikmati pekerjaannya karena setiap hari bertemu dengan orang-orang berbeda dan merasa senang bisa berkontribusi dalam kelancaran mobilitas masyarakat.
Kisah Mas Nul menjadi gambaran nyata dedikasi dan tanggung jawab seorang pekerja di balik kelancaran transportasi publik. Di balik setiap perjalanan kereta, tersimpan kerja keras dan doa yang tak terlihat, memastikan jutaan penumpang sampai ke tujuan dengan selamat.