Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) melakukan gebrakan besar di sektor energi terbarukan. Investasi senilai 120 juta dolar AS (sekitar Rp1,95 triliun) telah ditanamkan di Filipina untuk mengembangkan industri pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Langkah ini bukan hanya sekadar ekspansi bisnis, tetapi juga strategi strategis bagi Indonesia dalam mencapai target energi bersih. Investasi ini juga menandai langkah pertama Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) di kancah internasional.
Pertamina NRE melihat potensi besar dalam kerja sama ini. Kepakaran Filipina dalam konstruksi panel surya yang efisien menjadi daya tarik utama. Indonesia diharapkan dapat belajar dan meningkatkan kemampuannya di sektor ini. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang mendorong BUMN untuk menciptakan nilai tambah dari aset-aset yang dikelola.
Investasi Strategis Pertamina NRE di Filipina
Penandatanganan *share subscription agreement* di Jakarta menandai kepemilikan 20 persen saham Pertamina NRE di Citicore Renewable Energy Corporation (CREC), perusahaan energi terbarukan asal Filipina. Kerja sama ini resmi dimulai dengan ditandatanganinya kesepakatan oleh CEO Pertamina NRE John Anis dan CEO CREC Oliver Tan, disaksikan oleh PTH Direktur Utama Pertamina Salyadi Saputra.
Perjanjian ini merupakan investasi pertama Danantara Indonesia di luar negeri. Hal ini sesuai dengan kriteria ekonomi yang ditekankan oleh Presiden, yakni *return investment* yang baik, *profitability* tinggi, dan pengembangan sumber daya manusia yang signifikan. Investasi ini diharapkan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia dan Filipina.
Manfaat Investasi bagi Indonesia: Lebih dari Sekadar Bisnis
Kerja sama ini membawa banyak manfaat bagi Indonesia, melampaui keuntungan finansial semata. Indonesia dapat meningkatkan kemampuan SDM dalam pembangunan PLTS. Teknologi konstruksi pabrik panel surya Filipina yang mampu memproduksi hingga 1 megawatt peak (MWp) per hari, dapat diadopsi dan diterapkan di Indonesia.
Keberhasilan proyek ini akan mendukung pencapaian target bauran energi terbarukan sebesar 60 persen pada 2034, sesuai Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Selain itu, investasi ini diharapkan dapat meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), serta memperkuat citra Indonesia sebagai pemimpin transisi energi bersih di Asia Tenggara. Pengurangan emisi karbon juga menjadi target penting yang ingin dicapai melalui kerja sama ini.
Kerja Sama Bilateral dan Prospek Masa Depan
Proyek ini bukan hanya tentang investasi di Filipina, tetapi juga membuka peluang kerja sama yang saling menguntungkan. Pertamina NRE mengharapkan timbal balik berupa investasi dari Filipina di sektor energi terbarukan Indonesia. Potensi pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia sangat besar dan menarik bagi investor asing.
Citicore, mitra kerja Pertamina NRE, saat ini mengoperasikan PLTS dengan kapasitas terpasang 287 MW. Mereka menargetkan kapasitas 5 GW dalam lima tahun mendatang, dengan target 1 GW tercapai pada tahun ini. Kerja sama ini diharapkan dapat mempercepat laju pengembangan energi terbarukan di kedua negara, menciptakan sinergi yang positif bagi perkembangan ekonomi dan lingkungan.
Keberhasilan Pertamina NRE dalam investasi ini menjadi bukti nyata komitmen Indonesia terhadap transisi energi yang berkelanjutan. Langkah ini juga memperlihatkan potensi besar BUMN dalam berkontribusi pada pembangunan ekonomi nasional sekaligus mendukung upaya global dalam mengurangi emisi karbon. Dengan menggabungkan keahlian dan sumber daya, Indonesia dan Filipina dapat bersama-sama membangun masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.