Misteri Druze: Serangan Israel ke Suriah, Apa Alasannya?

Playmaker

Misteri Druze: Serangan Israel ke Suriah, Apa Alasannya?
Sumber: Kompas.com

Gelombang kekerasan sektarian kembali melanda Suriah, menyasar komunitas minoritas Druze dan memicu serangan balasan dari Israel. Insiden bermula dari penculikan seorang pedagang Druze pada Minggu, 13 Juli 2025. Peristiwa ini kemudian memicu bentrokan mematikan antara milisi Druze dan suku Badui di Suriah selatan.

Konflik tersebut berlanjut hingga Selasa, 15 Juli 2025, ketika Israel menyerang pasukan pro-pemerintah Suriah. Pasukan tersebut dituduh menyerang komunitas Druze di Sweida. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan setidaknya 350 orang tewas di Sweida sejak Minggu. Kekerasan ini merupakan yang pertama di Sweida, daerah mayoritas Druze, sejak pertempuran April dan Mei antara pejuang Druze dan pasukan keamanan Suriah.

Siapa Itu Druze?

Druze adalah kelompok etnoreligius minoritas berbahasa Arab. Mereka tersebar di Suriah, Lebanon, Israel, dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Sekitar setengah juta dari satu juta pengikut Druze tinggal di Suriah, sekitar 3 persen dari populasi negara tersebut.

Di Israel, terdapat sekitar 152.000 warga Druze. Komunitas Druze secara historis menempati posisi rentan dalam dinamika politik Suriah. Selama perang saudara Suriah yang berlangsung hampir 14 tahun, Druze membentuk milisi sendiri di wilayah selatan, terutama di provinsi Sweida.

Mereka menolak bergabung dengan tentara Suriah dan lebih mengandalkan kekuatan lokal. Sejak pemerintahan Bashar Al Assad jatuh pada Desember, banyak warga Druze menentang upaya pemerintah baru di Damaskus untuk menguasai wilayah selatan.

Laporan dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mencatat adanya eksekusi warga Druze oleh pasukan pemerintah Suriah. Hal ini semakin memperkuat ketidakpercayaan mereka terhadap pemerintah pusat.

Mengapa Israel Menyerang Suriah?

Serangan udara Israel pada Selasa, 15 Juli 2025, menargetkan pasukan pro-pemerintah Suriah di Sweida. Serangan ini merupakan respons atas bentrokan mematikan antara milisi Druze dan suku Badui Sunni yang dipicu penculikan pedagang Druze.

SOHR melaporkan setidaknya 350 orang tewas di Sweida akibat bentrokan tersebut. Israel menyatakan serangan mereka sebagai peringatan kepada pemerintah Suriah agar tidak menyerang komunitas Druze.

Serangan udara juga bertujuan mencegah pengerahan tentara Suriah ke wilayah selatan. Tujuan lainnya adalah menciptakan zona demiliterisasi dekat Dataran Tinggi Golan, wilayah strategis yang diklaim Israel sebagai bagian dari wilayahnya.

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, bahkan menyatakan bahwa “peringatan di Damaskus telah berakhir, kini pukulan berat akan datang”. Serangan tersebut diperluas ke Kementerian Pertahanan dan markas tentara Suriah di Damaskus.

Reaksi Dunia dan Kondisi Suriah Kini

Serangan militer Israel di Sweida memicu beragam reaksi internasional. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyatakan keprihatinan atas serangan tersebut.

Beberapa negara Arab, termasuk Lebanon, Irak, Qatar, Yordania, Mesir, dan Kuwait, mengecam serangan Israel. Arab Saudi menyebutnya sebagai serangan terang-terangan, sementara Iran menggambarkannya sebagai langkah yang sangat mudah ditebak.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, juga mengecam eskalasi kekerasan di Sweida dan Damaskus. Situasi keamanan dan politik di Suriah tetap rapuh pasca jatuhnya Assad.

Presiden baru Ahmed Al Sharaa berupaya menyatukan berbagai kelompok, namun pertikaian sektarian yang mengakar, termasuk antara Druze dan kelompok lain, menimbulkan tantangan besar. Israel memandang pemerintah baru Suriah dan kelompok petempur di selatan sebagai ancaman serius.

Hal ini diduga mendorong Israel untuk menjalin aliansi dengan kelompok-kelompok yang mungkin merasa terasing oleh pemerintah baru Suriah. Ketegangan di wilayah tersebut kemungkinan akan terus berlanjut, mengingat kompleksitas konflik dan kepentingan berbagai pihak yang terlibat. Peristiwa ini menjadi pengingat betapa rapuhnya perdamaian dan betapa mudahnya konflik meletus di wilayah yang telah lama dilanda ketidakstabilan.

Popular Post

Waspada! Hoaks Dana Rp150 Juta Brunei, Modus Penipuan Baru

Berita

Waspada! Hoaks Dana Rp150 Juta Brunei, Modus Penipuan Baru

Beredar kabar di media sosial tentang bantuan dana senilai Rp 150 juta dari Kerajaan Brunei Darussalam. Klaim ini tersebar luas ...

Harga Beras Terbaru Hari Ini: Cek Daftar Harga Seluruh Indonesia

Gaya Hidup

Harga Beras Terbaru Hari Ini: Cek Daftar Harga Seluruh Indonesia

Harga Beras 1 Kg Hari Ini: Update Terbaru 10 Juni 2025 Harga beras, sebagai kebutuhan pokok sehari-hari, selalu menjadi perhatian ...

Dedi Mulyadi Sakit: Klarifikasi Video Rumah Sakit 2022, Bukan 2025

Berita

Dedi Mulyadi Sakit: Klarifikasi Video Rumah Sakit 2022, Bukan 2025

Beredar video di media sosial yang mengklaim Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dirawat di rumah sakit pada awal Juni 2025. ...

Arya Mohan & Nicole Rossi: Misteri Sinetron Asmara Gen Z Terungkap

Gaya Hidup

Arya Mohan & Nicole Rossi: Misteri Sinetron Asmara Gen Z Terungkap

Sinetron Asmara Gen Z yang tayang di SCTV semakin menarik perhatian penonton dengan alur cerita yang kompleks dan penuh misteri. ...

Philadelphia Kecelakaan Pesawat: Bukan Serangan Pakistan-India

Berita

Philadelphia Kecelakaan Pesawat: Bukan Serangan Pakistan-India

Beredar sebuah video di media sosial yang mengklaim menggambarkan kondisi di India setelah serangan dari Pakistan. Klaim tersebut telah dibantah ...

Hoaks Istri Presiden Prancis Transgender: Fakta Mengejutkan Terungkap

Berita

Hoaks Istri Presiden Prancis Transgender: Fakta Mengejutkan Terungkap

Kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya, Brigitte Macron, ke Indonesia pada Mei 2025 menarik perhatian publik. Kehadiran mereka, khususnya ...