Rupiah Menguat Tipis di Tengah Stimulus Ekonomi Pemerintah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Selasa, 10 Juni 2025. Penguatan sebesar 6 poin atau 0,04 persen menempatkan rupiah di level 16.285 per dolar AS, naik dari penutupan sebelumnya di angka 16.291 per dolar AS. Penguatan ini terjadi di tengah sejumlah sentimen positif dan pengumuman paket stimulus ekonomi pemerintah.
Analis menilai bahwa sejumlah faktor berkontribusi terhadap penguatan rupiah ini. Salah satunya adalah paket stimulus ekonomi pemerintah yang diharapkan mampu menopang stabilitas nilai tukar rupiah.
Paket Stimulus Ekonomi dan Dampaknya terhadap Rupiah
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa lima paket stimulus ekonomi pemerintah berpotensi menjaga rupiah tetap stabil. Stimulus ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan diharapkan mampu mencegah pelemahan rupiah yang signifikan terhadap dolar AS.
Pemerintah meluncurkan paket stimulus ini sebagai upaya untuk mendorong aktivitas ekonomi, khususnya selama liburan sekolah Juni-Juli 2025. Periode ini dianggap sebagai momen penting untuk pemulihan permintaan domestik dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Rincian Paket Stimulus Ekonomi Pemerintah
Paket stimulus ini mencakup berbagai sektor. Program-program tersebut antara lain diskon transportasi, diskon tarif tol, bantuan sosial dan pangan, subsidi upah (BSU), diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan penambahan alokasi BSU. Total anggaran yang dialokasikan untuk keenam program ini mencapai Rp24,44 triliun.
Berikut rincian keenam program dalam paket stimulus tersebut:
- Diskon Moda Transportasi: Diskon tiket kereta api 30 persen untuk 2,8 juta penumpang ekonomi, subsidi PPN 11 persen tiket pesawat untuk 6 juta penumpang, dan diskon tarif angkutan laut hingga 50 persen untuk 0,5 juta penumpang. Anggaran total Rp0,94 triliun.
- Diskon Tarif Tol: Diskon 20 persen selama 14 hari sebelum dan sesudah liburan sekolah, diperkirakan dinikmati 110 juta kendaraan.
- Bantuan Sosial dan Pangan: Distribusi bantuan beras 10 kg untuk 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) selama dua bulan, ditambah penyaluran Kartu Sembako.
- Subsidi Upah (BSU): Bantuan Rp300.000/bulan selama dua bulan (Juni-Juli) untuk 17,3 juta pekerja dan 565.000 guru honorer dengan gaji di bawah Rp3,5 juta/bulan.
- Diskon Iuran JKK: Diskon 50 persen selama enam bulan (Agustus 2025 – Januari 2026) untuk pekerja sektor padat karya. Pelaksanaannya oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan.
- Penambahan Alokasi BSU: Mengganti rencana diskon listrik, pemerintah menambah alokasi BSU menjadi Rp300.000/bulan.
Pembiayaan keenam program ini bersumber dari revisi postur belanja non-prioritas, efisiensi anggaran kementerian/lembaga, dan penggunaan saldo anggaran lebih (SAL).
Sentimen Global dan Prospek Rupiah
Di sisi lain, data ekonomi AS bulan Mei 2025 menunjukkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi pasar. Data Non Farm Payrolls (NFP) mencapai 139 ribu, melampaui proyeksi 130 ribu. Tingkat upah per jam juga naik 0,4 persen, melebihi ekspektasi 0,3 persen.
Kinerja ekonomi AS yang kuat ini memberikan sentimen positif terhadap dolar AS. Namun, Ariston menambahkan bahwa perundingan tarif antara AS dan China yang masih berlangsung di London juga memengaruhi pergerakan dolar AS. Ia memperkirakan dolar AS akan mengalami konsolidasi dengan penguatan yang tidak signifikan. Sementara itu, potensi pelemahan rupiah diperkirakan di kisaran Rp16.330 per dolar AS, dengan support di Rp16.250 per dolar AS.
Meskipun penguatan rupiah hari ini dipengaruhi oleh optimisme terhadap stimulus domestik, perlu diwaspadai dampak sentimen global terhadap nilai tukar rupiah ke depannya. Perkembangan negosiasi dagang AS-China dan dinamika ekonomi global tetap menjadi faktor penentu. Ke depan, kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro akan sangat krusial untuk menjaga kekuatan rupiah.