Mantan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Silfester Matutina, menilai keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak mendaftar sebagai calon ketua umum (caketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merupakan langkah yang bijak. Menurutnya, Jokowi lebih baik berperan sebagai figur yang berada di atas semua partai politik.
Silfester menjelaskan beberapa alasan yang mendasari pandangannya tersebut. Pertama, ia menekankan ketidakmungkinan Jokowi bersaing dengan putranya sendiri, Kaesang Pangarep, dalam perebutan kursi ketum PSI.
Jokowi Lebih Baik Mendukung Pemuda di Dunia Politik
Silfester berpendapat bahwa Jokowi lebih baik memberikan ruang bagi anak muda untuk berkiprah di dunia politik. Ia mencontohkan Kaesang dan Gibran Rakabuming Raka yang telah terjun ke dunia politik.
Keikutsertaan Jokowi dalam salah satu partai politik, menurut Silfester, justru berpotensi mengecewakan relawan yang selama ini mendukungnya dari berbagai latar belakang politik.
Posisi Jokowi di Atas Semua Partai
Silfester menegaskan, Jokowi lebih efektif jika berada di luar struktur partai politik manapun. Meskipun tanpa embel-embel keanggotaan partai, popularitas Jokowi tetap tinggi di mata masyarakat.
Dengan demikian, Jokowi dapat fokus mendukung pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan melayani kepentingan rakyat. Peran sebagai negarawan yang berada di atas kepentingan partai dinilai lebih tepat bagi Jokowi.
Dukungan Rakyat Tetap Tinggi pada Jokowi
Silfester menekankan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi masih sangat tinggi, bahkan melebihi popularitas ketua umum partai politik manapun. Ini menjadi alasan kuat bagi Jokowi untuk tetap fokus pada peran negarawannya.
Jokowi dapat berperan sebagai penasihat atau anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) jika diperlukan oleh Presiden Prabowo Subianto. Peran tersebut, menurut Silfester, lebih strategis dan bermanfaat bagi bangsa.
Klarifikasi Kaesang Mengenai Ketidakikutsertaan Jokowi
Sebelumnya, Kaesang Pangarep telah mengklarifikasi alasan ayahnya tidak mendaftar sebagai caketum PSI. Kaesang menegaskan bahwa tidak mungkin seorang ayah dan anak bersaing dalam satu pemilihan yang sama.
Pernyataan Kaesang ini sejalan dengan pendapat Silfester yang menilai keputusan Jokowi untuk tidak bergabung dengan PSI merupakan langkah yang bijaksana dan tepat bagi situasi politik saat ini.
Kesimpulannya, keputusan Jokowi untuk tidak menjadi caketum PSI diyakini sebagai langkah strategis yang memungkinkan beliau untuk tetap berpengaruh di kancah politik nasional tanpa terikat oleh kepentingan partai tertentu. Fokus pada dukungan terhadap pemerintahan dan pelayanan kepada rakyat menjadi prioritas yang lebih efektif bagi seorang mantan presiden dengan tingkat popularitas setinggi Jokowi.