Jepang dilanda lebih dari 1.700 gempa dalam beberapa pekan terakhir. Akibatnya, puluhan warga dievakuasi dari Kepulauan Tokara, gugusan pulau terpencil di selatan Jepang. Pemerintah merespon dengan memperbarui rencana darurat bencana untuk kawasan tersebut.
Pemerintah Jepang telah memperbarui rencana daruratnya, mempersiapkan diri menghadapi potensi gempa besar di selatan Jepang. Pembaruan ini menyusul serangkaian gempa bumi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kepulauan Tokara. Kepulauan ini terletak di antara Kyushu dan Okinawa. Penduduk Kepulauan Tokara telah dievakuasi ke daratan utama setelah lebih dari 1.700 gempa mengguncang wilayah tersebut sejak 21 Juni. Pada 7 Juli saja, tercatat 60 gempa, beberapa di antaranya di Pulau Akusekijima mencapai magnitudo 5.
Ancaman Gempa di Nankai Trough
Jepang merupakan wilayah dengan aktivitas seismik tinggi, terletak di persimpangan empat lempeng tektonik. Negara ini mengalami sekitar 1.500 gempa bumi setiap tahunnya.
Pemerintah Jepang telah merilis laporan terbaru mengenai ancaman dari patahan Nankai Trough. Zona subduksi sepanjang 900 km ini membentang di sepanjang pantai selatan Jepang, dari Kyushu hingga Tokyo. Laporan tersebut memperkirakan peluang gempa magnitudo 9 di zona ini mencapai 80 persen dalam 30 tahun ke depan. Angka korban jiwa diperkirakan sekitar 298.000, sebagian besar akibat tsunami.
Rencana Besar Pemerintah Menghadapi Bencana
Sebagai respons terhadap ancaman tersebut, Dewan Pusat Manajemen Bencana Jepang telah menyusun rencana baru yang ambisius. Sasarannya adalah mengurangi korban jiwa hingga 80 persen dalam satu dekade mendatang.
Profesor Takeshi Sagiya dari Universitas Nagoya mengakui bahwa target tersebut menantang. Meskipun telah banyak belajar dari gempa Tohoku 2011, melindungi semua orang tetap merupakan hal yang mustahil. Upaya pemerintah fokus pada penyelamatan nyawa sebanyak mungkin. Upaya mitigasi meliputi pembangunan tanggul laut yang lebih tinggi dan menara penyelamatan tsunami.
Edukasi Masyarakat: Kunci Utama Keselamatan
Profesor Sagiya menekankan pentingnya edukasi masyarakat, lebih penting daripada infrastruktur. Masyarakat perlu tahu cara melakukan evakuasi dengan cepat dan memahami rute evakuasi.
Penting bagi masyarakat untuk memahami bahaya tsunami. Gelombang tsunami pertama bisa menghantam pantai hanya dalam waktu lima menit setelah gempa. Di Tohoku 2011, tsunami pertama datang sekitar 30 menit setelah gempa, namun tetap menyebabkan sekitar 20.000 kematian. Membangun tanggul setinggi 30 meter di seluruh pantai selatan Jepang tidaklah praktis. Kota-kota besar seperti Nagoya dan Osaka diperkirakan akan terdampak. Sistem pertahanan yang runtuh di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima juga menjadi pelajaran berharga. Kegagalan reaktor Fukushima Daiichi disebabkan oleh generator diesel cadangan yang terendam banjir.
Kesimpulannya, Jepang menghadapi tantangan besar dalam menghadapi potensi gempa besar di Nankai Trough. Meskipun infrastruktur penting, edukasi dan kesiapsiagaan masyarakat tetap menjadi kunci utama dalam meminimalisir korban jiwa dan kerusakan. Pengalaman masa lalu, baik dari gempa Tohoku maupun insiden Fukushima, memberikan pelajaran berharga dalam penyusunan rencana mitigasi bencana yang lebih efektif. Perpaduan antara infrastruktur yang kokoh dan pemahaman masyarakat akan bahaya gempa dan tsunami menjadi penentu utama keberhasilan upaya mitigasi bencana di Jepang.