Tegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas. Wakil Tetap Republik Islam Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amir-Sa’eed Iravani, melontarkan kecaman keras terhadap Israel di hadapan Dewan Keamanan PBB. Ia menuduh Israel sebagai pihak yang memicu konflik dan mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat.
Pernyataan keras Iravani disampaikan dalam rapat Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi di Suriah. Pernyataan ini menjadi sorotan mengingat meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel dalam beberapa bulan terakhir.
Tuduhan Iran terhadap Israel: Agresi dan Pelanggaran Hukum Internasional
Iravani secara tegas menyatakan bahwa serangan Israel terhadap Iran merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap Piagam PBB dan hukum internasional. Ia menekankan bahwa serangan tersebut tidak hanya menyasar fasilitas militer, tetapi juga infrastruktur sipil dan fasilitas pengembangan nuklir untuk tujuan damai yang diawasi Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Ia memperingatkan bahwa keberlanjutan serangan Israel akan menimbulkan konsekuensi yang besar. Iran, tegas Iravani, berhak membela diri sesuai Pasal 5 Piagam PBB.
Respons Iran: Pertahanan Diri yang Terbatas dan Proporsional
Iran membantah klaim Israel yang menyebut tindakannya sebagai aksi pembelaan diri. Iravani menegaskan bahwa respons Iran sepenuhnya bersifat defensif, terbatas, proporsional, dan hanya menyasar fasilitas militer dan ekonomi.
Ia menekankan bahwa Iran hanya melakukan tindakan yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan, keutuhan wilayah, dan rakyatnya. Pernyataan ini disampaikan sebagai penolakan atas narasi Israel yang berusaha membenarkan agresi mereka.
Gagal Menjalankan Tugas: Kecaman terhadap Dewan Keamanan PBB
Iravani mengkritik Dewan Keamanan PBB yang dianggapnya gagal menjalankan tugas utamanya, yaitu mencegah penggunaan ancaman atau kekerasan dalam hubungan internasional. Ia mencontohkan konflik di Gaza, Lebanon, Suriah, dan Yaman sebagai bukti kegagalan tersebut.
Lebih lanjut, ia mengecam apa yang disebutnya sebagai “standar ganda” yang diterapkan beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, dalam menangani konflik tersebut.
Kegagalan Dewan Keamanan PBB dalam Menangani Konflik
Ketidakmampuan Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan agresi Israel, menurut Iravani, semakin memperkuat kecurigaan akan adanya bias dalam penanganan konflik Timur Tengah. Hal ini semakin memperkeruh situasi dan membuka jalan bagi eskalasi konflik lebih lanjut.
Ketidakadilan dan pembiaran agresi oleh Dewan Keamanan PBB justru semakin meningkatkan risiko terjadinya konflik yang lebih besar dan meluas. Hal ini menjadi kekhawatiran serius bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.
Pernyataan Iravani tersebut mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat antara Iran dan Israel. Tuduhan serius yang dilayangkan Iran, terutama terkait dukungan AS terhadap Israel, memperlihatkan betapa kompleks dan rawannya situasi geopolitik di Timur Tengah. Pernyataan ini juga menyoroti tantangan dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan di tengah ketidaksepakatan dan kecurigaan yang mendalam antar negara-negara kunci.
Ke depan, perlu upaya diplomasi yang intensif untuk meredakan ketegangan dan mencegah eskalasi konflik lebih lanjut. Peran PBB dalam menegakkan hukum internasional dan memastikan keadilan menjadi sangat penting dalam menyelesaikan krisis ini. Tanpa komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat, konflik ini berpotensi menimbulkan konsekuensi yang sangat serius bagi kawasan dan dunia internasional.