Bank Indonesia (BI) melaporkan penurunan kewajiban neto Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada kuartal I 2025. Angka tersebut turun menjadi USD 224,5 miliar, dibandingkan USD 245,7 miliar di kuartal IV 2024. Penurunan ini disebabkan peningkatan aset finansial luar negeri dan penurunan kewajiban finansial luar negeri.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Peningkatan investasi penduduk dalam instrumen finansial luar negeri menjadi pendorong utama kenaikan aset finansial luar negeri (AFLN).
Peningkatan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN)
AFLN Indonesia pada akhir kuartal I 2025 mencapai USD 533,1 miliar, naik 1,9% (qtq) dari USD 523,1 miliar di kuartal sebelumnya. Hampir semua komponen AFLN mencatat peningkatan transaksi penempatan di luar negeri.
Kenaikan terbesar terjadi pada aset investasi lainnya, terutama dalam bentuk pinjaman dan piutang usaha. Pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang global dan kenaikan harga emas internasional turut mendukung peningkatan ini.
Penurunan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN)
Meskipun aliran masuk modal asing untuk investasi langsung dan portofolio tetap solid, posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) Indonesia justru mengalami penurunan. Pada akhir kuartal I 2025, KFLN tercatat sebesar USD 757,6 miliar, turun 1,5% (qtq) dari USD 768,8 miliar di kuartal sebelumnya.
Penurunan nilai instrumen keuangan domestik, seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan KFLN. Meski demikian, investasi langsung tetap mencatatkan surplus, menunjukkan optimisme investor terhadap ekonomi domestik.
Implikasi dan Prospek PII Indonesia
BI menilai perkembangan PII Indonesia pada kuartal I 2025 tetap terjaga dan mendukung ketahanan eksternal. Rasio PII terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada periode tersebut sebesar 16,0%, lebih rendah dibandingkan 17,6% di kuartal IV 2024.
Struktur kewajiban PII Indonesia didominasi oleh instrumen jangka panjang (91,9%), terutama investasi langsung. BI akan terus memantau dinamika ekonomi global dan potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian.
Ke depan, BI akan tetap mencermati perkembangan ekonomi global yang dapat mempengaruhi PII Indonesia. Kerja sama dengan pemerintah dan otoritas terkait akan terus diperkuat untuk menjaga ketahanan sektor eksternal. Pemantauan terhadap potensi risiko kewajiban neto PII juga menjadi prioritas.
Secara keseluruhan, meskipun terjadi penurunan kewajiban neto PII, kondisi ini tetap dinilai positif oleh BI dan menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang cukup menantang. Peningkatan investasi domestik di luar negeri dan aliran modal asing yang tetap stabil menjadi faktor kunci yang mendukung kinerja PII Indonesia.