Pemerintah Indonesia terus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif. Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah premanisme yang kerap mengganggu kelancaran proyek-proyek investasi, baik dari investor domestik maupun asing.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, baru-baru ini menyatakan bahwa angka kasus premanisme yang mengganggu investor telah menurun signifikan. Penurunan ini merupakan hasil dari langkah tegas pemerintah dalam memberantas aksi premanisme tersebut.
Penurunan Kasus Premanisme dan Upaya Pemerintah
Menurut Wamen Todotua, laporan mingguan dari Kepolisian Daerah menunjukkan penurunan drastis kasus premanisme yang mengganggu investasi. Pemerintah berkomitmen untuk terus memberantas praktik ilegal ini.
Permasalahan keamanan dan pungutan liar dalam perizinan selalu menjadi sorotan utama dalam diskusi dengan investor. Wamen Todotua secara aktif melakukan roadshow untuk bertemu langsung dengan investor dan membahas isu-isu krusial ini.
Kasus Chandra Asri Alkali (CAA) dan Tindak Lanjut Pemerintah
Salah satu kasus premanisme yang mendapat perhatian serius adalah dugaan pemalakan proyek pembangunan pabrik Chandra Asri Alkali (CAA) senilai Rp5 triliun. Kasus ini melibatkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cilegon dan beberapa organisasi masyarakat.
Proses hukum kasus tersebut sedang berjalan. Wamen Todotua menyatakan koordinasi terus dilakukan dengan Kepolisian Daerah setempat, dan situasi di lapangan kini mulai kondusif.
Dampak Premanisme terhadap Investasi
Premanisme dan pungutan liar berdampak besar terhadap iklim investasi di Indonesia. Biaya yang ditimbulkan oleh praktik-praktik tersebut dapat mencapai 15-20 persen dari total investasi.
Angka tersebut sangat signifikan dan dapat membuat investor enggan berinvestasi di Indonesia. Pemerintah menyadari hal ini dan berkomitmen untuk menindak tegas segala bentuk premanisme.
Proyek Strategis Nasional dan Realisasi Investasi di Banten
Proyek PT Chandra Asri Alkali (CAA) merupakan Proyek Strategi Nasional (PSN) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029. Proyek ini juga termasuk dalam program hilirisasi industri petrokimia.
Proyek ini diperkirakan akan menghasilkan nilai ekspor hingga Rp35-40 triliun sampai tahun 2040. Keberhasilan proyek ini sangat penting bagi perekonomian Indonesia.
Realisasi investasi di Provinsi Banten pada triwulan pertama 2025 mencapai Rp31,1 triliun. Sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran, industri logam dasar, serta industri kimia dan farmasi menjadi penyumbang investasi terbesar.
Data ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, investasi di Indonesia tetap menunjukkan tren positif. Pemerintah terus berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi investor.
Keberhasilan dalam menekan angka premanisme menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang aman dan menarik. Dengan demikian, diharapkan investasi di Indonesia akan semakin meningkat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah-langkah preventif dan represif yang berkelanjutan akan menjadi kunci untuk memastikan keberlangsungan iklim investasi yang positif ini.