Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah pada Kamis pagi. Penurunan ini sejalan dengan tren negatif di bursa saham Asia dan global. Pelemahan ini memberikan gambaran awal tentang ketidakpastian pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik.
IHSG terpantau turun 4,73 poin atau 0,07 persen, berada di posisi 7.103,06. Indeks LQ45, yang melacak 45 saham unggulan, juga mengalami penurunan sebesar 2,82 poin (0,36 persen), mencapai level 789,94. Meskipun demikian, analis melihat potensi rebound jangka pendek.
Analisis IHSG dan Potensi Rebound
Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menyatakan bahwa setelah IHSG menguji level support di angka 7.100, terdapat peluang untuk terjadinya rebound teknikal jangka pendek. Pernyataan ini memberikan sedikit optimisme di tengah pelemahan pasar.
Meskipun potensi rebound ada, investor tetap perlu mencermati berbagai faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi pergerakan IHSG. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengantisipasi fluktuasi pasar yang mungkin terjadi.
Dampak Kebijakan Global terhadap IHSG
Kenaikan inflasi harga barang yang diprediksi oleh Ketua The Fed, Jerome Powell, menjadi salah satu faktor eksternal yang perlu diperhatikan. Powell memprediksi peningkatan ini akan terjadi selama musim panas, imbas dari tarif impor yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.
The Fed sendiri mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25-4,5 persen. Namun, pernyataan yang mengindikasikan tidak adanya pemangkasan suku bunga tahun ini memberikan sinyal kehati-hatian bagi investor. Situasi geopolitik yang memanas antara AS dan Iran juga turut mempengaruhi sentimen pasar global.
Ketegangan AS-Iran dan Implikasinya
Presiden AS Donald Trump mengancam akan melakukan serangan militer terhadap Iran. Hal ini menimbulkan ketidakpastian geopolitik yang dapat berdampak negatif pada pasar keuangan global, termasuk IHSG.
Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin Iran, menegaskan penolakan negaranya untuk menyerah pada tekanan AS. Ketegangan ini menambah kekhawatiran akan potensi konflik yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi global.
Kebijakan Moneter Domestik dan Perkembangan Ekonomi Regional
Bank Indonesia (BI) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 5,50 persen. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga tetap, masing-masing di 4,75 persen dan 6,25 persen.
Kebijakan ini menunjukkan upaya BI untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. Namun, perkembangan ekonomi regional juga perlu dipertimbangkan. Inflasi Inggris yang melambat, inflasi Euro Area yang turun, serta penurunan ekspor Jepang pada Mei 2025 menunjukkan adanya perlambatan ekonomi di beberapa negara.
Pergerakan Bursa Saham Internasional
Bursa saham Eropa pada Rabu (18/6) mayoritas mengalami pelemahan. Indeks FTSE 100 Inggris sedikit menguat, sementara indeks Euro Stoxx 50, DAX Jerman, dan CAC Prancis melemah. Di AS, Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 turun, sedangkan Nasdaq Composite naik.
Bursa saham Asia pagi ini juga menunjukkan tren negatif. Indeks Nikkei, Shanghai, Hang Seng, dan Strait Times semuanya mengalami penurunan. Tren negatif ini memperkuat sinyal pelemahan pasar global yang berdampak pada IHSG.
Pergerakan IHSG pada Kamis pagi mencerminkan kompleksitas dinamika pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik. Meskipun terdapat potensi rebound jangka pendek, investor perlu terus memantau perkembangan situasi ekonomi dan geopolitik untuk mengambil keputusan investasi yang tepat. Stabilitas ekonomi domestik dan kebijakan moneter yang tepat akan menjadi kunci dalam menjaga kinerja IHSG ke depannya. Perkembangan situasi geopolitik dan inflasi global tetap menjadi perhatian utama dalam mengantisipasi pergerakan pasar selanjutnya.