Amerika Serikat (AS) memberikan peringatan keras kepada Hizbullah, kelompok yang didukung Iran di Lebanon, agar tidak ikut campur dalam konflik yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel. Peringatan ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan regional. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan.
Hizbullah, yang dikenal sebagai sekutu dekat Iran, telah menunjukkan sikap tegasnya terhadap Israel. Sikap ini semakin menguatkan kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik.
Hizbullah Tegas Tolak Netralitas
Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, secara tegas menyatakan bahwa kelompoknya tidak akan bersikap netral dalam konflik Iran-Israel. Qassem menegaskan komitmen Hizbullah untuk mendukung Iran dan melawan apa yang disebutnya sebagai “agresi brutal Israel-Amerika”.
Pernyataan Qassem ini disampaikan melalui beberapa media internasional seperti AFP dan Al Arabiya pada Jumat, 20 Juni 2025. Ia menekankan bahwa Hizbullah akan mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk menghadapi situasi ini.
Qassem juga menyampaikan kecaman keras terhadap Amerika Serikat dan Israel. Ia menyatakan keyakinan bahwa kedua negara tersebut tidak akan mampu menaklukkan rakyat Iran dan Korps Garda Revolusi Islam.
Lebih lanjut, Qassem menyatakan bahwa Hizbullah memiliki tanggung jawab untuk mendukung Iran dan memberikan segala bentuk bantuan untuk mengakhiri apa yang disebutnya sebagai “tirani dan penindasan”.
Peringatan Keras dari Utusan Khusus AS
Utusan Khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack, yang juga menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Turki, turut memberikan peringatan kepada Hizbullah. Peringatan ini disampaikan saat kunjungan perdananya ke Beirut, Lebanon.
Barrack, dalam pertemuannya dengan berbagai pejabat tinggi Lebanon, termasuk ketua parlemen Nabih Berri yang merupakan sekutu Hizbullah, menekankan konsekuensi negatif yang akan dihadapi Hizbullah jika terlibat dalam konflik.
Barrack menyampaikan pesan langsung atas nama Presiden Donald Trump. Menurutnya, keterlibatan Hizbullah dalam perang Iran-Israel akan menjadi “keputusan yang sangat, sangat buruk”.
Lebanon Tegas Jaga Netralitas
Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, menegaskan komitmen negaranya untuk menjaga netralitas dan stabilitas. Salam menekankan penolakan Lebanon untuk terlibat dalam konflik yang sedang berlangsung di kawasan tersebut.
Pernyataan Salam disampaikan setelah pertemuannya dengan Utusan Khusus AS, Tom Barrack. Hal ini menunjukkan upaya Lebanon untuk menjaga stabilitas di tengah meningkatnya ketegangan regional.
Pertemuan tersebut juga menunjukkan upaya diplomasi untuk mencegah meluasnya konflik dan menjaga stabilitas di Lebanon.
Konflik Iran-Israel telah menimbulkan kekhawatiran yang meluas di kawasan tersebut. Pernyataan tegas dari Hizbullah dan peringatan keras dari AS menunjukkan betapa sensitif dan rawannya situasi saat ini. Upaya diplomasi dan komitmen Lebanon untuk menjaga netralitas menjadi kunci untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih besar.
Situasi ini perlu dipantau secara ketat karena potensi dampaknya terhadap stabilitas regional sangat besar. Peran diplomasi internasional sangat penting dalam mencegah meluasnya konflik dan menyelesaikan permasalahan secara damai.