Serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran berpotensi memicu krisis energi global. Ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz, jalur perdagangan minyak utama, semakin memperparah kekhawatiran ini.
Kenaikan harga minyak dunia menjadi konsekuensi yang langsung terlihat. Pelaku pasar memprediksi lonjakan harga yang signifikan, mengingat sekitar seperlima pasokan minyak mentah global melewati Selat Hormuz.
Lonjakan Harga Minyak Dunia
Harga minyak mentah jenis Brent diperkirakan akan melonjak hingga US$ 100-120 per barel. Hal ini disampaikan oleh Sugandha Sachdeva, pendiri firma riset SS WealthStreet.
Pada Senin, 23 Juni 2025, harga minyak mentah Brent memang mengalami kenaikan signifikan, mencapai level tertinggi sejak Januari lalu. Harga mencapai US$78,53 per barel, naik 1,97%.
Minyak mentah jenis US West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami peningkatan, naik 2,04% menjadi US$75,35 per barel. Kenaikan harga sempat mencapai lebih dari 3% di awal sesi perdagangan sebelum sedikit menurun.
Ancaman Penutupan Selat Hormuz
Ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz merupakan faktor utama yang mendorong kekhawatiran global. Sekitar 20% pasokan minyak mentah dunia melalui jalur strategis tersebut.
Penutupan Selat Hormuz akan berdampak besar pada pasokan minyak global. Meskipun ada rute pipa alternatif, volume minyak yang dapat diekspor akan berkurang secara signifikan.
June Goh, Analis Senior Sparta Commodities, menekankan risiko kerusakan infrastruktur yang berlipat ganda akibat serangan AS ke fasilitas nuklir Iran. Iran sendiri merupakan produsen minyak mentah terbesar ketiga OPEC.
Dampak Geopolitik terhadap Pasar Energi
Eskalasi geopolitik antara AS dan Iran secara langsung memengaruhi pasar energi global. Ketegangan politik ini menciptakan ketidakpastian yang mendorong spekulasi dan kenaikan harga.
Risiko kerusakan infrastruktur energi di Iran, dikombinasikan dengan ancaman penutupan Selat Hormuz, menciptakan ketidakstabilan yang berdampak signifikan terhadap harga minyak dunia.
Kondisi ini memaksa negara-negara pengimpor minyak untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi kelangkaan dan harga yang terus meningkat. Situasi ini juga berpotensi memicu inflasi global.
Ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah terus menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap harga komoditas global. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya diversifikasi sumber energi dan stabilitas politik regional untuk menjaga stabilitas pasar energi dunia.
Situasi ini tentunya akan terus dipantau dengan cermat oleh para pelaku pasar dan pemerintah di seluruh dunia. Respons selanjutnya dari Iran dan AS akan sangat menentukan perkembangan harga minyak dalam beberapa pekan mendatang.