Pergantian pelatih Timnas Indonesia dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert menimbulkan pertanyaan terkait nasib para kiper lokal. Ernando Ari dan Nadeo Argawinata, dua kiper berbakat binaan dalam negeri, justru jarang mendapat kesempatan bermain di bawah arahan Kluivert.
Dalam empat pertandingan terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup C, posisi penjaga gawang utama secara konsisten diisi oleh Maarten Paes, kiper naturalisasi asal Belanda.
Kiper Lokal Terpinggirkan
Kehadiran Maarten Paes dan kemudian Emil Audero, kiper naturalisasi lainnya, secara signifikan mengurangi kesempatan bermain bagi Ernando Ari dan Nadeo Argawinata.
Meskipun Ernando Ari sempat menjadi andalan di beberapa laga sebelumnya, performanya kini tergeser seiring dengan status kewarganegaraan Paes dan kedatangan Audero.
Debut Emil Audero dan Dominasi Kiper Naturalisasi
Emil Audero melakukan debutnya untuk Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Indonesia berhasil menang tipis 1-0 atas China pada laga tersebut.
Namun, di pertandingan terakhir Grup C melawan Jepang yang berakhir dengan kekalahan telak 6-0, kiper lokal kembali absen. Audero menjadi pilihan utama pelatih, menggeser kiper lokal lainnya.
Sebelum kedatangan kedua kiper naturalisasi ini, Ernando Ari dan Nadeo Argawinata bergantian menjaga gawang Timnas Indonesia.
Ernando Ari bahkan hampir tak tergantikan dalam sejumlah laga, membuktikan kemampuan dan kontribusinya yang besar bagi Timnas.
Namun, seiring dengan naturalisasi Maarten Paes pada 30 April 2024, peran Ernando Ari mulai berkurang.
Situasi semakin sulit bagi Ernando Ari dan kiper lokal lainnya setelah PSSI menaturalisasi Emil Audero pada 10 Maret 2025.
Kualitas dan Jam Terbang: Faktor Penentu
Perbedaan kualitas dan jam terbang di level internasional menjadi alasan utama mengapa kiper lokal kalah bersaing dengan Maarten Paes dan Emil Audero.
Maarten Paes memiliki pengalaman bermain di liga-liga top Eropa, membela klub-klub seperti NEC, Utrecht, dan Jong Utrecht di Belanda. Ia juga pernah memperkuat Timnas Belanda di berbagai level usia.
Emil Audero, meskipun lahir di Mataram, Indonesia, memiliki karier cemerlang di Italia. Ia pernah bermain untuk Juventus, kemudian dipinjamkan ke Venezia dan Sampdoria.
Sampdoria kemudian mempermanenkan kontraknya pada 2019, dan hingga 2024 ia telah tampil dalam 127 pertandingan.
Setelah itu, ia dipinjamkan ke Como, lalu ke Palermo. Pengalamannya di level tinggi tak terbantahkan.
Kesimpulannya, minimnya kesempatan bermain bagi kiper lokal di Timnas Indonesia disebabkan oleh kualitas dan jam terbang yang lebih mumpuni dari para kiper naturalisasi.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi PSSI dan pelatih untuk lebih fokus membina dan mengembangkan talenta-talenta muda lokal agar dapat bersaing di level internasional.
Ke depannya, dibutuhkan strategi yang lebih komprehensif untuk meningkatkan kualitas kiper lokal, termasuk pembinaan berkelanjutan dan kesempatan bermain yang lebih banyak di level klub dan internasional.