Pasar keuangan global kembali menunjukkan gejolak. Rilis data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS yang lebih rendah dari perkiraan, di satu sisi memberikan sedikit angin segar. Namun, di sisi lain, pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kembali mengancam kenaikan tarif perdagangan menciptakan ketidakpastian baru. Peristiwa ini memicu koreksi di pasar kripto dan saham AS, menimbulkan pertanyaan tentang prospek ekonomi global di masa mendatang. Bagaimana dampaknya terhadap investor dan apa langkah strategis yang bisa diambil? Berikut ulasan selengkapnya.
Dampak Inflasi Rendah dan Ancaman Tarif Perdagangan AS
Data inflasi CPI AS yang lebih rendah dari ekspektasi awalnya disambut positif. Namun, euforia tersebut langsung memudar dengan pernyataan Presiden Trump.
Ia kembali menegaskan rencana kenaikan tarif unilateral terhadap mitra dagang AS dalam waktu dekat. Ancaman ini menimbulkan kekhawatiran akan lonjakan inflasi di masa mendatang.
Pasar merespon dengan koreksi minor. Bitcoin turun 1,52 persen menjadi US$ 104.298,90, sementara Ethereum melemah 4,97 persen ke US$ 2.516,93 pada Jumat. Indeks S&P 500 turun 0,3 persen, Nasdaq 0,5 persen, dan Dow Jones hampir stagnan pada perdagangan Rabu (12/6/2025).
Analis platform investasi digital Reku, Fahmi Almuttaqin, menjelaskan bahwa pemerintah AS berupaya menekan perusahaan besar untuk menahan kenaikan harga. Namun, para ekonom memperkirakan dampak tarif baru akan terasa bertahap dan justru mendorong inflasi lebih tinggi di kemudian hari.
Analisis Pasar dan Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian
Fahmi menambahkan bahwa dampak tarif yang belum sepenuhnya terasa saat ini kemungkinan karena banyak peritel masih menjual stok lama sebelum tarif baru berlaku. Hal ini membuat situasi pasar menjadi lebih kompleks.
Meskipun inflasi saat ini masih terkendali, para ahli memperingatkan potensi kenaikannya dalam beberapa bulan mendatang. Pernyataan Trump tentang tarif baru semakin meningkatkan kewaspadaan investor.
Kondisi ini dapat membatasi dampak positif dari katalis positif lainnya. Investor cenderung fokus pada potensi kenaikan inflasi di masa depan.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan pekan depan. Namun, pasar memperkirakan potensi penurunan suku bunga pada September jika inflasi tetap terkendali.
Mengoptimalkan Portofolio Investasi dengan Strategi DCA
Ketidakpastian akibat ancaman tarif dan tekanan Trump terhadap The Fed untuk memangkas suku bunga menciptakan situasi yang menantang bagi investor. Risiko kenaikan inflasi akibat efek tertunda dari tarif baru, ditambah potensi negosiasi dagang AS-China yang belum menghasilkan kesepakatan positif hingga Agustus, menambah kekhawatiran.
Dalam situasi ini, investor disarankan untuk memanfaatkan strategi akumulasi terhadap aset potensial. Bagi investor pemula, strategi Dollar Cost Averaging (DCA) merupakan pilihan yang bijak.
DCA memungkinkan pembelian aset secara berkala, mengurangi risiko volatilitas pasar. Hal ini juga memberikan ketenangan dalam menghadapi ketidakpastian.
Keuntungan Menggunakan Strategi DCA
- Memudahkan portofolio beradaptasi terhadap dinamika pasar.
- Memberikan ketenangan bagi investor pemula menghadapi ketidakpastian.
Platform investasi seperti Reku menawarkan fitur yang memudahkan penerapan strategi DCA, termasuk fitur Packs yang memungkinkan diversifikasi investasi ke aset kripto dan ETF saham AS dengan sekali klik. Fitur Rebalancing otomatis juga membantu menyesuaikan alokasi investasi sesuai kondisi pasar.
Dengan demikian, penerapan strategi DCA menjadi lebih mudah, praktis, dan optimal. Situasi pasar saat ini mengharuskan investor untuk lebih jeli dan proaktif dalam mengelola portofolio investasi. Kehati-hatian dan perencanaan yang matang menjadi kunci untuk melewati periode ketidakpastian ini dengan bijak.