Ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat tajam menyusul serangan Amerika Serikat (AS) ke situs nuklir Iran. Serangan ini menambah kompleksitas situasi yang sudah memanas akibat pertempuran selama sepekan antara Iran dan Israel.
Situasi ini membuat investor global cemas, terutama terkait potensi tindakan balasan Iran yang bisa berdampak signifikan terhadap perekonomian global, khususnya pasar minyak.
Ancaman Penutupan Selat Hormuz
Iran memiliki senjata pamungkas yang bisa mengguncang pasar minyak dunia: penutupan Selat Hormuz.
Selat sempit ini menjadi jalur utama pengiriman minyak global, mengangkut sekitar seperempat pasokan minyak dunia. Penutupan Selat Hormuz akan berdampak sangat buruk terhadap stabilitas pasar global.
Charu Chanana, kepala strategi investasi di Saxo Bank, menekankan betapa pentingnya Selat Hormuz dalam menentukan sentimen pasar. Ancaman atau aksi nyata penutupan selat ini akan memaksa pasar untuk menilai ulang risiko geopolitik secara lebih agresif.
Selat Hormuz, hanya selebar sekitar 33 kilometer di titik tersempitnya, memiliki peran vital dalam perdagangan global. Selat ini bertanggung jawab atas sekitar seperempat perdagangan minyak global dan 20% pasokan gas alam cair.
Dampak Potensial terhadap Harga Minyak
Penutupan Selat Hormuz akan berdampak langsung dan signifikan terhadap harga minyak dunia. Harga minyak diperkirakan akan melonjak drastis.
JPMorgan memperingatkan bahwa perubahan rezim di masa lalu di wilayah tersebut saja sudah cukup menyebabkan harga minyak melonjak hingga 76%, dengan rata-rata kenaikan 30% dari waktu ke waktu. Penutupan Selat Hormuz akan jauh lebih parah.
Goldman Sachs memperkirakan, jika Iran secara selektif mengganggu pengiriman melalui Selat Hormuz, harga minyak Brent bisa mencapai setidaknya US$ 100 per barel.
Jika penutupan berlangsung selama sebulan, harga minyak bahkan bisa mencapai US$ 110 per barel untuk sementara waktu.
Saat ini, harga minyak Brent naik relatif terkendali sebesar 1,8% menjadi US$ 78,42 per barel, sementara minyak mentah AS naik 1,9% menjadi US$ 75,26 per barel. Namun, ini hanya sementara dan kenaikan yang lebih drastis sangat mungkin terjadi.
Respons Pasar dan Antisipasi Ke Depan
Investor global saat ini sedang menunggu dengan cemas respons resmi Iran terhadap serangan AS. Ketidakpastian ini meningkatkan volatilitas pasar.
Perkembangan situasi di Timur Tengah akan terus dipantau ketat oleh para analis dan investor. Setiap tindakan balasan Iran berpotensi menimbulkan dampak besar, terutama bagi pasar energi global.
Penting bagi negara-negara untuk berkolaborasi dalam menjaga stabilitas regional dan mencegah eskalasi konflik. Hal ini penting untuk menghindari krisis energi global yang berpotensi menimbulkan dampak ekonomi yang sangat buruk.
Meskipun harga minyak saat ini masih relatif stabil, potensi kenaikan harga yang signifikan tetap menjadi ancaman nyata. Para pelaku pasar perlu bersiap menghadapi berbagai skenario dan volatilitas pasar yang tinggi.
Ke depan, diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada Selat Hormuz dan diversifikasi jalur pengiriman minyak guna mengurangi risiko geopolitik dan memastikan pasokan energi global yang stabil. Kerjasama internasional menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini.